Rabu, 01 Desember 2010

Sunan Nata Alam

Sultan Tahmidullah II
Sunan Soleman Sa'idallah[1]
Sunan Nata Alam[1]
Sulaiman Saidullah I[1]
Pangeran Nata Dilaga
Panembahan Kaharuddin Khalilullah
Panembahan Batu V
Panembahan Batuah
Sultan Tahmidillah[2]
Pangeran Tahmidillah[2]
Sultan Batu[3]
Memerintah 1761-1801
Birthplace Banjar
Meninggal 1801

Banjar
Dimakamkan Dalam Pagar
Pendahulu Sultan Hamidullah
Pengganti Sultan Muhammadillah
Selir Putri Lawiyah binti Sultan Muhammadillah
Wangsa Dinasti Banjarmasin
Ayah Sultan Tamjidullah I
Sunan Nata Alam atau Maulana As Sulthan Tahmidillah ibni As Sulthan Tamjidillah[4] adalah Sultan Banjar tahun 1761-1801.[5] Sunan Nata Alam atau ada pula yang menyebutnya Susuhunan Nata Alam adalah gelar yang digunakannya sejak tahun 1772. Sedangkan gelar tahmidullah merupakan paduan dari kata Tahmid dan Allah, secara harafiah Tahmid berarti keadaan menyampaikan pujian atau rasa syukur berkali-kali (kepada Allah).[6] Sultan Tahmidullah II putera dari Sultan Tamjidullah I. Sultan Tahmidullah II menikah dengan Putri Lawiyah, puteri dari Sultan Muhammad.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Silsilah

Sunan Soleman Sa'idallah atau Sultan Tahmidullah II adalah putera tertua Sultan Tamjidullah I Sultan Tahmidullah II berputra tujuh orang, 3 laki-laki dan empat perempuan, yaitu [2]:
  1. Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II/Sultan Sulaiman Rahmatullah
  2. Pangeran Nata
  3. Pangeran Ismail dengan gelar Ratu Anom Ismail (mangkubumi Tahmidullah II)
  4. Ratu Siti Aermas
  5. Ratu Kasuma
  6. Gusti Kanifah
  7. Gusti .....

Muhammad Aminullah

Berita kedatangan Pangeran Mohammad Aliuddin Aminullah yang akan menyerang Martapura sempat menggemparkan keluarga istana, tetapi Pangeran Tamjidillah tetap tenang atas situasi yang gawat tersebut. Dengan dasar pertimbangan supaya jangan terjadi pertumpahan darah antar keluarga sendiri, apalagi Pangeran Mohammad Aliuddin Aminullah adalah kemenakan dan menantunya sendiri, Pangeran Tamjidillah menyerahkan tahta kesultanan Banjarmasin, sehingga Pangeran Aliuddin berkuasa atas kesultanan Banjarmasin. Secara lahiriah Pengeran Tamjidillah ikhlas, menyerahkan tahta kepada keponakannya Pangeran Mohammad Aliuddin, tetapi secara sembunyi Pangeran Tamjidillah tidak senang hati atas berpindahnya tahta dari tangannya, apalagi sebetulnya sebagian besar kaum bangsawan mendukungnya sebagai Sultan. Hal inilah yang menyebabkan Pangeran Tamjidillah membuat siasat licik, untuk mengembalikan tahta ke tangannya. Ketika Pangeran Tamjidillah menyerahkan tahta kepada Pangeran Mohammad Aliuddin keponakannya, di hadapan para bangsawan dia mengatakan : “Biarlah tahta direbut oleh Ratu Anom (gelar Pangeran Mohammad Aliuddin) sebentar lagi juga akan mati” Ucapan ini lahir dari niat liciknya untuk melenyapkan Pangeran Mohammad Aliuddin sebagai Sultan. Bagaimana caranya? Kenyataannya Ratu Anom atau Sultan Mohammad Aliuddin Aminullah menderita sakit yang terus menerus dan menyebabkan kesehatannya makin lama makin mundur dan pada tahun 1761 dia meninggal dengan meninggalkan putera mahkota yang masih kecil.

Keterlibatan Kotawaringin

Pangeran Prabu (mangkubumi dari Ratu Bagawan Muda - Raja Kotawaringin) telah mengambil sebagian peperangan yang dilancarkan Pangeran Amir terhadap pemerintahan Banjarmasin dengan memihak kepada Sultan Batu (Panembahan Batu V). Pangeran Prabu juga telah membantu Sultan Batu dalam peperangan melawan Sultan Sambas.[3]

[sunting] Gelar-gelar lain

Siasat selanjutnya ialah Nata Alam mengangkat dirinya sebagai Sultan Kerajaan Banjar (1787 – 1801) dengan gelar-gelar :
  1. Panembahan Kaharuddin Halilullah [7]
  2. Sultan Akamuddin Saidullah (mulai Oktober 1762)[7]
  3. Abdullah
  4. Amierilmu’minin Abdullah
  5. Ami Ail Mu’minin Abdullah
  6. Susuhunan Nata Alam[7]
  7. Sunan Nata Alam[1]
  8. Pangeran Nata Dilaga[8]
  9. Pengeran Wiranata[9]
  10. Pangeran Nata[10]
  11. Pangeran Nata Negara
  12. Panembahan Batuah[9]
  13. Panembahan Ratu[11]
  14. Panembahan Batu ke-5[11]
  15. Panembahan Nata[12][7]
  16. Sultan Tahmidullah II[9]
  17. Sultan Tahmidullah[8]
  18. Sultan Sulaiman Saidullah I
  19. Tuan Sunan Soleman Sa'idallah[1]
  20. Sultan Tahmidillah[2]
  21. Pangeran Tahmidillah[2]
  22. Sultan Batu[3]

Kemenangan Diplomasi Bagi Sunan Nata Alam

Kemenangan diplomasi yang diperoleh Pangeran Nata Alam adalah bahwa kompeni Belanda harus meminjamkan Kesultanan Banjar yang merupakan pinjaman abadi, tidak boleh dibatalkan kepada Pangeran Nata Alam dan keturunannya. .....
wakil Kompeni Kristopel Hopman menyerahkan kepada aku Sultan Soleman Sa’idullah dari pihak mana kompeni Wilanduwi seperti barang yang diberi pinjam yang baka tiada boleh mati agar supaya aku dan aku ampunya zuriat yang mutachirin seperti anakndaku Pangeran Ratu Sultan Soleman dan cucundaku Sultan Adam duduk memerintahkan dan menyelenggarakan kerajaan beserta rakyat…[1]
Kemenangan diplomasi lainnya adalah bahwa Kesultanan Banjar sebagai kerajaan pinjaman yang kedudukannya setengah jajahan (daerah protektorat), tetapi persetujuan itu menghasilkan keputusan bahwa Kesultanan Banjar menempati kedudukan sebagai kerajaan yang kedudukannya setarap dengan Kompeni Belanda, sebagai kerajaan merdeka. Kedudukan sebagaimana sebuah kerajaan merdeka itu dalam hal penghormatan terhadap wakil Kerajaan Banjar yang akan menghadap Gubernur Jenderal di Batavia dengan penghormatan sambutan tembakan meriam, sebagaimana sambutan terhadap negara lainnya. Begitu pula sambutan yang sama diberikan apabila wakil kompeni Belanda yang akan menghadap Sultan di Bumi Kencana Kerajaan Banjar. Persetujuan tentang persamaan kedudukan itu terhadap pada pasal 31

Proclamatie 1 Oktober 1787

Kemenangan diplomasi Pangeran Nata Alam bahwa yang memerintah Kerajaan adalah keturunan Nata Alam, diperkuat lagi dalam Proclamatie 1 Oktober 1787.
Proklamasi itu selain menyatakan bahwa Kerajaan Banjar merupakan kerajaan pinjaman dari Kompeni Belanda, juga mempertegas lagi bahwa keturunan Nata Alam lah yang berhak memerintah kerajaan itu. ......Lagipula tahta kerajaan itu Tuan Yang Maha Bangsawan Gurnadur Jenderal dan Raden van Indie menyerahkan pula dari pihak mana Kompeni Wilanduwi seperti ariyati barang pinjaman yang baka tiada boleh mati kepada Tuan yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Soleman Sa’idallah agar supaya diperintah dan menyelenggarkan tahta kerajaan….

Traktat 13 Agustus 1787

Dalam Tractaat 13 Agustus 1787 yang terdiri atas 36 pasal kedudukan Kesultanan Banjar sebagai kerajaan pinjaman lebih diperinci lagi, sehingga wilayah Kesultanan Banjar tidak sebesar wilayah sebelumnya.

Vazal VOC

Belanda mengirimkan bantuan dibawah pimpinan Hoffman, disamping sebagai wakil Belanda dalam masalah kontrak yang baru dibuat juga sebagai pimpinan bantuan untuk mengusir pasukan Bugis dari Kesultanan Banjarmasin. Pasukan Pangeran Nata bersama rakyat Banjar dan dibantu oleh pasukan VOC berhasil mengusir pasukan Bugis, dan menangkap Pangeran Amir dan selanjutnya dibuang ke pulau Ceylon (Srilangka).[15] Kemenangan perang berarti kemenangan bagi Pangeran Nata untuk memperoleh hak waris atas garis keturunan Sultan Kuning. Berakhirnya perang melawan Pangeran Amir (Sultan Amir), berarti berakhir pula pertentangan selama periode abad ke- 18 antara keturunan Sultan Kuning dalam Kesultanan Banjarmasin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar