Sultan Tahmidullah II | ||
---|---|---|
Sunan Soleman Sa'idallah[1] Sunan Nata Alam[1] Sulaiman Saidullah I[1] Pangeran Nata Dilaga Panembahan Kaharuddin Khalilullah Panembahan Batu V Panembahan Batuah Sultan Tahmidillah[2] Pangeran Tahmidillah[2] Sultan Batu[3] | ||
Memerintah | 1761-1801 | |
Birthplace | Banjar | |
Meninggal | 1801 | |
Banjar | ||
Dimakamkan | Dalam Pagar | |
Pendahulu | Sultan Hamidullah | |
Pengganti | Sultan Muhammadillah | |
Selir | Putri Lawiyah binti Sultan Muhammadillah | |
Wangsa | Dinasti Banjarmasin | |
Ayah | Sultan Tamjidullah I |
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Silsilah
Sunan Soleman Sa'idallah atau Sultan Tahmidullah II adalah putera tertua Sultan Tamjidullah I Sultan Tahmidullah II berputra tujuh orang, 3 laki-laki dan empat perempuan, yaitu [2]:- Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II/Sultan Sulaiman Rahmatullah
- Pangeran Nata
- Pangeran Ismail dengan gelar Ratu Anom Ismail (mangkubumi Tahmidullah II)
- Ratu Siti Aermas
- Ratu Kasuma
- Gusti Kanifah
- Gusti .....
Muhammad Aminullah
Berita kedatangan Pangeran Mohammad Aliuddin Aminullah yang akan menyerang Martapura sempat menggemparkan keluarga istana, tetapi Pangeran Tamjidillah tetap tenang atas situasi yang gawat tersebut. Dengan dasar pertimbangan supaya jangan terjadi pertumpahan darah antar keluarga sendiri, apalagi Pangeran Mohammad Aliuddin Aminullah adalah kemenakan dan menantunya sendiri, Pangeran Tamjidillah menyerahkan tahta kesultanan Banjarmasin, sehingga Pangeran Aliuddin berkuasa atas kesultanan Banjarmasin. Secara lahiriah Pengeran Tamjidillah ikhlas, menyerahkan tahta kepada keponakannya Pangeran Mohammad Aliuddin, tetapi secara sembunyi Pangeran Tamjidillah tidak senang hati atas berpindahnya tahta dari tangannya, apalagi sebetulnya sebagian besar kaum bangsawan mendukungnya sebagai Sultan. Hal inilah yang menyebabkan Pangeran Tamjidillah membuat siasat licik, untuk mengembalikan tahta ke tangannya. Ketika Pangeran Tamjidillah menyerahkan tahta kepada Pangeran Mohammad Aliuddin keponakannya, di hadapan para bangsawan dia mengatakan : “Biarlah tahta direbut oleh Ratu Anom (gelar Pangeran Mohammad Aliuddin) sebentar lagi juga akan mati” Ucapan ini lahir dari niat liciknya untuk melenyapkan Pangeran Mohammad Aliuddin sebagai Sultan. Bagaimana caranya? Kenyataannya Ratu Anom atau Sultan Mohammad Aliuddin Aminullah menderita sakit yang terus menerus dan menyebabkan kesehatannya makin lama makin mundur dan pada tahun 1761 dia meninggal dengan meninggalkan putera mahkota yang masih kecil.Keterlibatan Kotawaringin
Pangeran Prabu (mangkubumi dari Ratu Bagawan Muda - Raja Kotawaringin) telah mengambil sebagian peperangan yang dilancarkan Pangeran Amir terhadap pemerintahan Banjarmasin dengan memihak kepada Sultan Batu (Panembahan Batu V). Pangeran Prabu juga telah membantu Sultan Batu dalam peperangan melawan Sultan Sambas.[3][sunting] Gelar-gelar lain
Siasat selanjutnya ialah Nata Alam mengangkat dirinya sebagai Sultan Kerajaan Banjar (1787 – 1801) dengan gelar-gelar :- Panembahan Kaharuddin Halilullah [7]
- Sultan Akamuddin Saidullah (mulai Oktober 1762)[7]
- Abdullah
- Amierilmu’minin Abdullah
- Ami Ail Mu’minin Abdullah
- Susuhunan Nata Alam[7]
- Sunan Nata Alam[1]
- Pangeran Nata Dilaga[8]
- Pengeran Wiranata[9]
- Pangeran Nata[10]
- Pangeran Nata Negara
- Panembahan Batuah[9]
- Panembahan Ratu[11]
- Panembahan Batu ke-5[11]
- Panembahan Nata[12][7]
- Sultan Tahmidullah II[9]
- Sultan Tahmidullah[8]
- Sultan Sulaiman Saidullah I
- Tuan Sunan Soleman Sa'idallah[1]
- Sultan Tahmidillah[2]
- Pangeran Tahmidillah[2]
- Sultan Batu[3]
Kemenangan Diplomasi Bagi Sunan Nata Alam
Kemenangan diplomasi yang diperoleh Pangeran Nata Alam adalah bahwa kompeni Belanda harus meminjamkan Kesultanan Banjar yang merupakan pinjaman abadi, tidak boleh dibatalkan kepada Pangeran Nata Alam dan keturunannya. .....wakil Kompeni Kristopel Hopman menyerahkan kepada aku Sultan Soleman Sa’idullah dari pihak mana kompeni Wilanduwi seperti barang yang diberi pinjam yang baka tiada boleh mati agar supaya aku dan aku ampunya zuriat yang mutachirin seperti anakndaku Pangeran Ratu Sultan Soleman dan cucundaku Sultan Adam duduk memerintahkan dan menyelenggarakan kerajaan beserta rakyat…[1]
Kemenangan diplomasi lainnya adalah bahwa Kesultanan Banjar sebagai kerajaan pinjaman yang kedudukannya setengah jajahan (daerah protektorat), tetapi persetujuan itu menghasilkan keputusan bahwa Kesultanan Banjar menempati kedudukan sebagai kerajaan yang kedudukannya setarap dengan Kompeni Belanda, sebagai kerajaan merdeka. Kedudukan sebagaimana sebuah kerajaan merdeka itu dalam hal penghormatan terhadap wakil Kerajaan Banjar yang akan menghadap Gubernur Jenderal di Batavia dengan penghormatan sambutan tembakan meriam, sebagaimana sambutan terhadap negara lainnya. Begitu pula sambutan yang sama diberikan apabila wakil kompeni Belanda yang akan menghadap Sultan di Bumi Kencana Kerajaan Banjar. Persetujuan tentang persamaan kedudukan itu terhadap pada pasal 31
Proclamatie 1 Oktober 1787
Kemenangan diplomasi Pangeran Nata Alam bahwa yang memerintah Kerajaan adalah keturunan Nata Alam, diperkuat lagi dalam Proclamatie 1 Oktober 1787.Proklamasi itu selain menyatakan bahwa Kerajaan Banjar merupakan kerajaan pinjaman dari Kompeni Belanda, juga mempertegas lagi bahwa keturunan Nata Alam lah yang berhak memerintah kerajaan itu. ......Lagipula tahta kerajaan itu Tuan Yang Maha Bangsawan Gurnadur Jenderal dan Raden van Indie menyerahkan pula dari pihak mana Kompeni Wilanduwi seperti ariyati barang pinjaman yang baka tiada boleh mati kepada Tuan yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Soleman Sa’idallah agar supaya diperintah dan menyelenggarkan tahta kerajaan….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar